Ternyata kita sering atau sangat sering membaca doa agar kita memiliki jiwa pemimpin, menjadi panutan, bersegera dalam kebaikan agar bisa menjadi teladan bagi orang lain. Doa tersebut agar mejadikan kita bukan mental “kerupuk dan tempe” atau mental “membebek dan membeo” tanpa arah yang jelas. Jiwa pemimpin yang minimal bisa memimpin diri sendiri ke arah yang lebih baik.
Doa tersebut adalah sebagaimana dalam
Al-Quran:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya
Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa” (QS. Al Furqon: 74).
Ya, jadikanlah kami IMAM (pempimpin).
Muhammad bin Ya’qud Al-Fairuz Abadi
rahimahullah menukilkan tafsir Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma,
اجعلنا صالحين لكي يقتدوا بنا
“jadikan kami orang-orang shalih yang
mereka akan meneladani kami”[1]
Dalam Tafsir Al-Qurthubi dijelaskan,
أي قدوة يقتدى بنا في الخير، وهذا لا يكون إلا أن يكون الداعي متقيا قدوة
“Yaitu qudwah yang mereka bisa meneladani
kita dalam kebaikan, dan tidaklah menjadi qudwah kecuali da’i yang bertakwa.”[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambahkan komentar anda dengan santun