Jumat, 29 Agustus 2014

Sifat Shalat Nabi dan Beberapa Kesalahan dalam Shalat

Shalat adalah tiang agama dan rukun Islam yang kedua, Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan dipertanggung jawabkan oleh seorang hamba di hadapan Allah SWT  pada hari kiamat. Maka wajib bagi setiap muslim memperhatikan pelaksanaan,mempelajari shalat ini sebagaimana yang telah diperintakan oleh Nabi Muhammad SAW dan dengan tata cara yang telah dijelaskan oleh beliau.


Diriwyatkan dari Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits Malik bin Al-Huwairits bahwa  Nabi bersabda:  "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.
Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath dari Abdullah bin Qorth bahwa Nabi bersabda:   "Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat, apabila baik maka baiklah seluruh amalnya dan apabila rusak maka rusaklah seluruh amalnya”.

 Maka dari itu mari kita lihat apakah shalat kita sudah seperti yang Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam contohkan,jangan sampai kita melaksanakan peribadatan yang tidak dicontohkan oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam karna itu akan tertolak.
“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].


“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”                        (HR. Muslim no. 1718)

Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta Ulul amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu urusan maka kembalikanlah pemecahannya kepada Allah dan Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu pasti lebih baik bagi kalian dan lebih bagus hasilnya.” (QS. An Nisaa’: 59)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah [5] : 3)

BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING TERJADI  DALAM MENDIRIKAN SHOLAT;
Didalam shalat terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi pada orang yang melakasanakan shalat. Perkara ini saya ingatkan guna memenuhi hak Allah Ta’ala dan menunaikan kewajiban memberikan nasehat, diantara kesalahan tersebut adalah:


N I A T


Niat merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan maka ini merupakan bid'ah, menyalahi sunnah
Karna tidak ada tuntunan sama sekali untuk melafazhkan niat semacam ini dan tidak adanya dasar dari perintah atau perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dari para sahabat. Letak niat sebenarnya adalah dalam hati dan bukan di lisan. An Nawawi rahimahullah –ulama besar dalam Madzhab Syafi’i- mengatakan,

لَا يَصِحُّ الصَّىِمَ إِلَّا بِال يٌَِّّةِ وَهَحَلُّهَا القَلْبُ وَلَا يُشِتَرَطُ ال طٌُّْقُ بِلاَ خِلَافٍ


“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.” (Rowdhotuth Tholibin, I/268, Mawqi’ul Waroq-Maktabah Syamilah)

1. BERDIRI TANPA ADANYA SUTRAH
“Janganlah kalian shalat kecuali dengan menghadap sutrah dan janganlah kalian biarkan seorangpun lewat di hadapanmu” (HR Muslim).
Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits yang senada.
Sutrah adalah benda pembatas shalat, letaknya di depan orang shalat atau agak ke kiri/kanan, sejauh 3 hasta (120 cm) dari tempat berdiri. Tinggi sutrah minimal 1 hasta, jarak antara siku dengan ujung jari tengah (±40 cm).
Benda-benda yang dapat dijadikan sutrah (di dalam masjid) adalah:
  • Dinding
  • Punggung orang
  • Tiang
  • Mimbar
  • Tas
  • Benda-benda lainnya yang tingginya 1 hasta atau lebih.
  • Sajadah tidak dapat dianggap sebagai sutrah karena tingginya kurang dari 1 hasta (±40 cm).
Adapun saat di lapangan, Nabi pernah menggunakan tombak, barang bawaan, pelana kuda, pohon dll sebagai sutrahnya. Saat Rasulullah shalat di rumah (shalat sunnah tentunya), beliau pernah menggunakan tempat tidur sebagai sutrahnya.
“Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur, sedangkan Aisyah RA berbaring di atasnya” (HR Bukhari – Muslim).
Dalam shalat berjamaah, sutrah cukup pada imam. Makmum baris pertama tidak perlu lagi menggunakan sutrah. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa  “Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap sutrah, hendaklah ia mendekatinya sehingga setan tidak memutus shalatnya” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Thabrani, Hakim, Baihaqi).
Maksud “mendekatinya” adalah, jarak orang shalat dengan sutrah tidak terlalu jauh, tapi hanya seukuran 3 hasta. “Dan beliau Rasulullah SAW berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak tiga hasta” (HR Bukhari, Ahmad). Adapun kata “memutus” maksudnya adalah membatalkan! Demikian penjelasan Syekh Nashiruddin Al Albani dalam buku tuntunan shalatnya yang berjudul Sifat Shalat Nabi. Bahkan menurutnya, pemakaian sutrah dalam shalat hukumnya wajib.
·     Dan beliau Rasulullah berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak tiga hasta. (HR Bukhari,         Ahmad)
·   Jarak tempat sujud beliau dengan sutrah adalah seukuran lewatnya seekor kambing. (HR      Bukhari, Muslim)

Di antara fungsi pembatas dalam shalat adalah menjaga orang yang shalat menghadapnya dari kerusakan shalat disebabkan yang lewat di depannya, berbeda dengan yang tidak memakai pembatas, shalatnya bisa terputus bila lewat di depannya wanita dewasa, keledai, atau anjing hitam.

2. TIDAK BERDIRI DENGAN SIKAP SEMPURNA KETIKA MENGHADAP KIBLAT;
Berdiri dalam shalat,harus berdiri dengan kedua tapak kaki menghadap kiblat. Tidak serong kanan-kiri seperti yang sering kita lihat.!!
Apa dasarnya, dan apa manfaatnya? “Apabila kamu berdiri untuk shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kearah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR Bukhari – Muslim).
Yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya. Fungsinya? Agar shalat menjadi sempurna:
“Lurus dan rapatkan shaf kalian, karena lurus dan rapatnya shaf adalah bagian dari kesempurnaan tegaknya shalat” (HR Bukhari, Muslim).

Hadits ini seringkali dibaca oleh imam menjelang shalat berjamaah di masjid.
Jelas, yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya. Jadi, berdiri dengan kedua tapak/jari-jari kaki menghadap kiblat ini juga berlaku jika kita shalat sendiri (shalat sunnah). 




3. TIDAK MENGARAHKAN PANDANGANNYA KE TEMPAT SUJUD;
Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau menundukkan kepala dan pandangan matanya diarahkan ke tanah [tempat sujud]. (HR Baihaki – Hakim) Lihatlah salah satu pengakuan Iblis laknatullah kepada Baginda Rasulullah SAW ketika mengganggu orang sholat:
"Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,’ Lihatlah kiri-kanan’, lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya,’ Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya’. Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya. ( HR. Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a )

4. TIDAK MENGANGKAT TANGAN DENGAN SEMPURNA KETIKA TAKBIR

Waktu mengangkat tangan saat:
•  Takbiratul ihram (HR Nasai, Abu Dawud)
•  Menjelang ruku (HR Bukhari, Muslim)
•  Setelah ruku (HR Bukhari, Muslim)
•  Bangkit dari rakaat ke-2 (Bukhari, Abu Dawud)
Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau mengangkat kedua tangan dengan meluruskan jari-jarinya, beliau tidak merenggangkannya dan tidak mengepalkannya (HR Abu Daud, Al Hakim). Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)
•  Dari Barra bin Azib RA, ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW takbiratul ihram, aku melihat kedua tangannya diangkat sampai ibu jarinya berdekatan dengan kedua daun telinga. (HR Ahmad)
• Ibnu Umar berkata: “Aku melihat Rasulullah SAW ketika shalat mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua pundaknya...”(HR Bukhari)

Beberapa cara Takbir dan mengangkat tangan Nabi shallallahu "alaihi wa sallam:


  1. Sewaktu Abdullah bin Umar RA shalat, ia membaca takbir sambil mengangkat kedua tangannya... Oleh Ibnu Umar hadits ini dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. (HR Bukhari)
  2. Ketika mendirikan shalat, Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya terlebih dahulu sehingga sejajar dengan pundaknya, setelah itu baru beliau SAW melafalkan takbir. (HR Bukhari)
  3. Abu Qilabah melihat Malik bin Khuwairits sewaktu shalat ia membaca takbir terlebih dahulu kemudian mengangkat kedua tangannya... Begitulah Rasulullah SAW melakukan shalat. (HR Muslim)

Ringkasan:  A n g k a t  T a n g a n
·         Jari - Lurus ke atas, tidak merenggang, tidak mengepal (HR Abu Daud, IbnKhuzaimah)              
·         Telapak - Menghadap kiblat (HR Abu Dawud, Nasai)
·         Ketinggian – Sejajar telinga (HR Bukhari), atau–Sejajar bahu (HR Bukhari)
·         Waktu – Bersamaan takbir( HR Bukhari), atau–Sebelum takbir(HR Bukhari), atau–Setelah takbir (HR Muslim).

5. TIDAK BERSEDEKAP DENGAN SEMPURNA;
 Adalah Rasulullah SAW melarang bersedekap meletakkan kedua tangannya pada lambung [perut] (HR Bukhari, Muslim)

S e d e k a p yang benar: Rasullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada punggung telapak kirinya, atau pada pergelangan tangan kirinya, atau pada lengan kirinya (HR Abu Dawud, Nasai)
·         Dan adalah Nabi mendekapkan tangan kanannya pada tangan kirinya (HR Nasai, Daruqutni)
·         Meletakkan tangan kanan di atas kiri (HR Muslim)
·         Dan meletakkan kedua tangannya di atas dada (HR Abu Dawud, Ahmad)

6. TIDAK MELETAKKAN TULANG PUNGGUNGNYA DENGAN SEMPURNA PADA SAAT RUKU' DAN SUJUD;
·         Apabila kamu ruku, letakkanlah telapak tanganmu pada lutut, bukalah jari-jarimu kemudian tekanlah     dengan mantap dan tumakninah sehingga anggota tubuh kembali pada persendiannya (HR Ibnu               Khuzaimah, Ibu Hibban)
·         Ketika Rasulullah SAW ruku, dia membuka kedua lengan ke samping kiri dan kanan (HR Tirmidzi)
·         Ketika Rasulullah SAW ruku, ia meratakan punggungnya (HR Baihaqi)
·         Ketika ruku, Rasulullah SAW tidak menundukkan kepala dan tidak pula mengangkatnya ke atas,         melainkan antara keduanya (HR Muslim)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Mas’ud ra bahwa Nabi Muhammad SAW  bersabda: "Tidak sah sholat seseorang di antara kalian sehingga dia menegakkan punggungnya dengan baik [meletakkan tulang punggungnya dengan sempurna] pada saat ruku’ dan sujud”.[3]
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan orang yang mencuri di dalam shalatnya sebagai pencuri yang paling keji dibanding pencuri harta. 
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari hadits Abi Qotadah RA bahwa Nabi bersabda: "Orang yang paling buruk adalah orang yang mencuri dari shalatnya”.  Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimanakan seseorang mencuri dari shalatnya?.
Beliau bersabda:   "Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Dia tidak meletakkan tulang punggungnya [dengan sempurna] pada saat dia ruku’ atau sujud”.[4]

Adapun pada waktu ruku’ sebagaian orang merendahkan punggungnya melebihi yang semestinya atau mengangkatnya, dan ini adalah kesalahan, sebab apabila Nabi melakukan ruku’ maka beliau membentang punggungnya dan meratakannya sehingga kalau air diletakkan padanya niscaya dia akan tetap terdiam.[5]

 Diriwayatkan oleh Al-Nas’I dari hadits Abi Humaid dia berkata: "Apabila Rasulullah SAW ruku’ maka beliau ruku’ dengan lurus sempurna, beliau tidak mengangkat kepala dan tidak pula menundukkannya dan beliau meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya”.[6]

7. TIDAK MELETAKKAN SUJUDNYA PADA TUJUH TITIK
Adapun pada waktu bersujud, sebagaian orang yang bersujud tidak melatakkan keningnya dengan benar pada alasnya, sebgaian orang mengangkat kedua telapak kakinya dari dudukannya (lantai). Dan diriwaytkan oleh Imam Bukhari dari hadits riwayat Ibnu Abbas bin Abdul Muththalib bahwa Nabi bersabda: "Aku diperintahkan untuk bersujud pada tujuh tulang, yaitu pada kening dan beliau memberi isyarat pada hidung beliau, dan kedua tangan, kedua lutut serta ujung kedua kaki”.[7]
Hadits ini menerangkan tentang anggota sujud yang tujuh, dan seharusnya bagi orang yang mengerjakan shalat untuk bersujud pada anggota tubuh tersebut. "Jika seorang hamba bersujud, haruslah meletakkan tujuh anggota badannya, yaitu: wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung telapak kaki(HR Muslim, Abu Dawud)Ketika bersujud, Rasulullah SAW meletakkan wajah dan hidungnya dengan mantap (HR Tirmidzi, Abu Daud)
Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)
Ketika Rasulullah SAW sujud, beliau meletakkan kedua tangannya ke tanah terlebih dahulu sebelum meletakkan kedua lututnya (HR Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Hakim)
“Jika salah seorang kalian hendak sujud, janganlah berlutut sebagaimana berlututnya unta, tapi hendaknya meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya (HR Abu Dawud, Ahmad, An-Nasai

·         Ketika kalian bersujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua lenganmu(HR     Muslim)
·         Dan beliau membuka kedua lengannya ke arah kiri dan kanan (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
·         Rasulullah SAW menghadapkan jari-jari tangannya ke arah kiblat (HR Baihaqi)
·         Beliau merapatkan jari-jemarinya (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Hakim)  
·         Beliau merenggangkan antara perut dan paha (HR Abu Dawud)

Aisyah ra berkata: “Ketika aku mencari Rasul SAW ternyata kudapati ia sedang sujud dengan merapatkan tumitnya dan jari-jari kakinya menghadap kiblat (HR Hakim, Ibnu Khuzaimah). Rasulullah SAW memerintahkan agar kita meletakkan kedua tangan sewaktu sujud dan menegakkan telapak kaki kita (HR Tirmidzi)
Beliau SAW meletakkan kedua tangannya sejajar kedua daun telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram (HR Nasai, Abu Dawud). Beliau SAW meletakkan kedua telapak tangannya hingga sejajar kedua pundaknya (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
Ringkasan Sujud :
·         Tangan menyentuh lantai terlebih dahulu (HR Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Hakim, Abu Dawud,             Ahmad, An-Nasai)
·         Angkat lengan (HR Muslim)Buka lengan (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
·         Jari-jari ke arah kiblat (HR Baihaqi)
·         Jari-jari rapat (HR Khuzaimah, Baihaqi, Hakim)
·         Tumit rapat,Jari-jari kaki ke arah kiblat (HR Hakim, Ibnu Khuzaimah)
·         Tapak kaki tegak (HR Tirmidzi)
·         Hidung nempel (HR Tirmidzi, Abu Daud)
·     Tangan sejajar telinga (HR Nasai, Abu Dawud) atau Tangan sejajar pundak (HR Tirmidzi, Abu Dawud)

8. TIDAK DUDUK DENGAN SEMPURNA DIANTARA DUA SUJUD & SEBELUM BANGKIT BERDIRI
Sebelum bangkit ke rakaat berikutnya, Rasulullah SAW duduk istirahat sebentar (seperti duduk antara 2 sujud), kemudian bangkit menuju rakaat berikutnya. “Beliau SAW duduk dengan sempurna (duduk istirahat) di atas kaki kirinya dengan lurus, hingga setiap tulang kembali ke tempatnya” (HR Bukhari, Abu Dawud)
·         Setelah bangkit dari sujud, dudukilah telapak kaki kirimu (HR Ahmad, Abu Dawud)
·         Beliau SAW menegakkan kakinya yang sebelah kanan (HR Bukhari, Baihaqi)
·         Dan menghadapkan jari jemarinya ke arah kiblat (HR Nasai)
·         Terkadang beliau SAW melakukan iq’a (duduk di atas dua tumit tegak)(HR Muslim, Baihaqi)



9. TIDAK SEMPURNA DALAM MELAKUKAN TSYAHUD AWAL & TASYAHUD AKHIR;
Ketika kamu duduk di pertengahan shalatmu, duduklah dengan tumakninah. Duduklah dengan iftirasy, yaitu menduduki telapak kaki kirimu... (HR Abu Dawud, Baihaqi). Ketika duduk tasyahud, Rasulullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada paha kanan dan tangan kiri pada paha kirinya (HR Muslim); dalam riwayat lain : di atas lutut.
Ketika beliau menudingkan jari telunjuknya, beliau meletakkan ibu jari di atas jari tengahnya (HR Muslim). Terkadang beliau mengaitkan kedua jari tersebut seperti lingkaran (HR Abu Dawud, Nasai, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban). Beliau SAW membentangkan telapak tangan kirinya di atas lutut yang kiri, dan beliau SAW menggenggam semua jemari tangan kanannya dan menudingkan jari telunjuknya ke arah kiblat. Dan beliau melemparkan pandangannya ke arah jari telunjuknya.(HR Muslim, Ibnu Khuzaimah)
Beliau menggerak-gerakkan jari telunjuknya sambil berdoa dengannya (HR Abu Dawud, Nasai, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban)
Penjelasan tentang menggerak-gerakkan jari telunjuk:
·         Hanafi : 2x, saat berucap “La”, turun saat “Illallah”
·         Syafi’i : 2X, saat berucap “Illallah”, & ketika selesai
·         Hambali : Setiap menyebut asma Allah
·         Maliki : Terus menerus, gerak kanan-kiri Dari: Pedoman Shalat, Prof. DR. TM Hasbi As-Shidieqy
DudukTasyahud Akhir
·        Punggung tapak kaki kiri menempel ke lantai, ujung kaki kiri dan kaki kanan berada di satu sisi. (HR         Bukhari)
·         Menegakkan tapak kaki kanan, terkadang mendatarkannya. (HR Muslim)
S a l a m
·         Berpaling ke kanan sampai terlihat pipi, dan berpaling ke kiri...(HR Muslim)
·         Berpaling sedikit ke kanan, mengucapkan“Assalamualaikum”(HR Baihaqi, Ibnu Khuzaimah)

10. TIDAK TUMA'NINAH;
Diantara kesalahan yang sering terjadi pada orang yang mengerjakan shalat adalah tidak thuma’ninah di dalam shalat. Dia adalah salah satu rukun shalat, di mana shalat tidak sah tanpa mengerjkannya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Zaid bin Wahb bahwa dia berkata: "Hudzaifah pernah melihat seorang lelaki yang shalat tanpa menyempurnakan ruku’ dan sujud, maka dia menegur: Engkau belum shalat dan jika engkau mati dalam keadaan seperti ini maka engkau mati tidak dalam fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap Nabi Muhammad SAW”.[8]

Hadits ini menjelaskan tentang wajibnya thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud dan melalaikannya bisa mengakibatkan batalnya shalat, sebab Hudzaifah berkata: Engkau belum shalat. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada orang yang buruk dalam shalatnya, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah RA bahwa Nabi memasuki mesjid dan seorang lelaki masuk setelah beliau, lalu mengerjakan shalat. Selesai shalat kemudian lelaki tersebut mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW dan beliau menegurnya:
"Kembalilah dan shalatlah sebab engkau belum shalat”. Akhirnya, dia kembali dan shalat seperti sebelumnya kemudian dia mendatangi Nabi dan mengucapkan salam kepada beliau dan Nabi Muhammad SAW tetap mengatakan: Kembalilah dan shalatlah sebab sesungguhnya engkau belum shalat”. Beliau menegurnya sampai tiga kali. Lalu lelaki itu bertanya: Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran aku tidak bisa  melakukan yang lebih baik dari selain itu. Maka ajarkanlah aku!. Maka Nabi bersabda:
Apabila engkau mendirikan shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah dari bacaan Al-Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga engkau benar-benar thuma’ninah dalam ruku’, kemudian tegaklah sehingga engkau benar-benar berdiri tegak, kemudian bersujudlah sehingga engkau benar-benar tenang dalam bersujud, kemudian bangkitlah dari sujud sehingga dirimu tenang duduk antara dua sujud, dan kerjakanlah hal itu dalam seluruh rangkaian shalatmu”.[9]

11. MENDAHULUI IMAM
Dan di antara kesalahan yang sering terjadi adalah mendahului imam. Dan terdapat larangan yang sangat jelas dari Nabi Muhammad SAW tentang masalah ini. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik  RA berkata: Rasulullah SAW shalat bersama kita pada suatu hari lalu pada saat beliau telah selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: 
 
"Wahai sekalian manusia!. Sesungguhnya aku adalah imam kalian maka janganlah sekli-kali mendahuluiku dalam ruku’, sujud, berdiri dan bubar shalat sesungguhnya aku melihat kalian dari sisi belakangku”. Kemudian beliau bersabda: Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya!, seandainya kalian melihat apa yang aku lihat niscaya kalian sedikit ketawa dan banyak menangis”. Para shahabat bertanya: Apakah yang engkau lihat wahai Rasulullah?. Beliau berabda: Surga dan neraka”.[10]
Diriwayatkan oleh Imam Bukahri dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda: "Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah mengganti kepalanya dengan kepala himar?.[11] Diriwayatkan oleh Bukahri dari Al-Barra’ bin Azib RA berkata:  Apabila Rasulullah SAW bersabda: “Samiallahu liman hamidah” maka salah seorang di antara kita tidak menundukkan kepalanya sehingga Rasulullah SAW telah bersujud lalu barulah kami bersujud”.[12]
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah bahwa sebagaian orang apabila imam telah salam pada salam yang pertama, dan dia sedang mengqadha’ shalatnya (karena masbuq) maka dia tidak menunggu sehingga imam selesai pada salam yang kedua, dia bangkit secara langsung untuk menyempurnakan sisa rekaat, dan ini adalah perbuatan yang salah. Yang lebih utama agar seseorang menunggu sehingga imam selesai mengerjakan salam yang kedua.[13]

12. MENGGUNAKAN PAKAIAN YANG MENJULUR MELEBIHI MATA KAKI
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah shalat dengan menggunakan pakaian yang menjulur melebihi mata kaki. Dan menjulurkan pakian melebihi mata kaki dilarang secara umum.

Berdasarkan sabada Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim didalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Abu Dzar RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersbda: "Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat kelak dan tidak pula dilihat serta tidak disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih". Rasulullah SAW menyebutkannya tiga kali.
Abu Dzar berkata: "Mereka akan kecewa dan merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?"  Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang isbal, orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah yang dusta”.[14]
Diriwayatkan oleh Imam Bukahri di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi bersabda: "Apa yang menjulur di bawah mata kaki dari kain adalah api neraka”.[15] Sebagian ahlul ilmi mempertegas masalah ini, yaitu apabila seseorang  isbal pada waktu shalat, sebab di antara syarat sah shalat adalah menutup aurat dan orang yang isbal telah menutup auratnya dengan pakaian yang haram maka dengan demikian shalatnya dalam kondisi bahaya.

Posisi Imam dan Makmum Dalam Sholat Berjamaah


Tidak boleh shalat menghadap ke kubur, larangan ini mutlak, baik kubur para nabi maupun selain nabi.

HARAM LEWAT DI DEPAN ORANG YANG SHALAT TERMASUK DI MASJID HARAM
Tidak boleh lewat di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas, dalam hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain, semua sama dalam hal larangan berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Andaikan orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui akibat perbuatannya maka untuk berdiri selama 40, lebih baik baginya dari pada lewat di depan orang yang sedang shalat”. Maksudnya lewat di antara shalat dengan tempat sujudnya.

KEWAJIBAN ORANG YANG SHALAT MENCEGAH ORANG LEWAT DI DEPANNYA MESKIPUN DI MASJID HARAM
Tidak boleh bagi orang yang shalat menghadap pembatas membiarkan seseorang lewat di depannya berdasarkan hadits yang telah lalu.
“Artinya : Dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depanmu …”.
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Jika seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu pembatas yang menghalanginya dari orang lain, lalu ada yang ingin lewat di depannya, maka hendaklah ia mendorong orang yang ingin lewat itu semampunya (dalam riwayat lain : cegahlah dua kali) jika ia enggan maka perangilah karena ia adalah syaithan”.

BERJALAN KE DEPAN UNTUK MENCEGAH ORANG LEWAT
Boleh maju selangkah atau lebih untuk mencegah yang bukan mukallaf yang lewat di depannya seperti hewan atau anak kecil agar tidak lewat di depannya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.



Rabu, 27 Agustus 2014

TAUHID

 لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُl



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Seruan/dakwah seluruh para nabi dan rasul yang pertama kali adalah At-Tauhid.At-Tauhid yang menjadi azas didalam Agama Islam yang membedakan,memisahkan mana yang  mukmin dan mana yang kafir,yang membedakan mana mukmin yang wahid yang bertauhid mukmin yang sempurna tauhidnya dengan mukmin yang telah dicampuri dengan kesyirikan.

Ketahuilah bahwa syirik ada 2 dalam islam : 


     1.Syirik besar 

         Yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.Misalnya seseorang mendatangi kuburan tertentu sebagaimana dinegeri kita begitu banyak kuburan yang didatangi pada waktu-waktu tertentu, kaum muslimin sebagiannya meminta kepada mereka.Penghuni kubur itu mereka jadikan sebagai perantara untuk memohon kepada Allah,bahkan adakalanya mereka langsung meminta kepada orang-orang yang telah mati itu.Kepada syeh Abdul Qodir Jaelani,bahkan mereka menyeru ya..syeikh Abdul Qodir Jaelani tolonglah saya,ya..syeikh pulan tolonglah saya,Ini semua adalah SYIRIK BESAR yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam kalau sekiranya sudah tau hukumnya dan paham.


      2.Syirik Kecil

           
          Yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam tetapi dia telah melakukan dosa yang sangat besar.Saya ambil contoh yang sering dilakukan oleh kaum muslimin mereka memakai jimat,Jika mereka meyakini jimat itu yang mendatangkan manfaat dan menolak mudarat maka mereka telah kufur (menyekutukan Allah).karna dengan sendirinya dia telah menandingi Allah swt dengan jimat nya itu.
Orang pake Jimat macam-macam ada cincin,kalung, ada keris yang yang digantung setiap malam jum'at dicuci dan seterusnya.
Tetapi jika mereka jadikan jimat ini sebagai perantara sebab saja maka mereka telah jatuh pada syirik kecil,perbedaannya tipis sekali dan bagi umum nya kaum muslimin orang-orang awam tidak bisa membedakannya oleh karna itu banyak sekali diantara kita yang terjerumus kedalam syirik besar.
contoh syirik besar mereka menyediakan sesaji/sesajen untuk para jin dan syetan meminta-minta kepada jin dan lain sebagainya yang tersebar luas di negeri kita ini. oleh karna itu mari kembali kepada Tauhid

Allah swt telah memerintahkan kepada seluruh nabi dan rasul untuk mengajak manusia, Firman-Nya :


                  وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",(An-Nahl:36)

Maka awal pertamakali dakwah seluruh Rasul adalah kalimat
                                                                               لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ 
"Tidak ada satupun Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah". 

Karena sebagian manusia telah menjadikan sebagian atau yang mereka buat dengan tangan-tangan mereka sebagai ilah (ilah adalah sesuatu yang disembah) tuhan-tuhan selain Allah,dan sebagian manusia lagi telah mengangkat manusia lain sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah.



                                           وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".

(Adz-Dzaariyaat:56)

Untuk beribadahlah,untuk Tauhid lah Allah menciptakan manusia,ibadah yang dimaksud adalah agar mereka men Tauhid kan-Ku mengEsakan Ku dalam beribadah kepada-Ku.

Tauhid dalam Islam ada 3 macam :


  • Tauhid Rububiyah    
MengEsakan Allah didalam penciptaan,didalam kekuasaan ,didalam pengaturan di alam semesta ini bahwa yang menciptakan alam semesta adalah Allah,Tauhid ini ada pada setiap manusia dan seseorang tidak dianggap mukmin belum masuk islam kalau dia hanya meyakini tauhid Rububiyah,karna Tauhid ini pun ada pada kaum musyrikin pada orang-orang kafirin pada zaman nabi yang mulia Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berdakwah ketika turunnya ayat-ayat Al-Qur'an,berulang-ulang Allah mengatakan mereka adalah orang-orang kafirin mereka orang-orang musyrikin.Padahal mereka mengakui,meyakini bahwa yang menciptakan langit dan bumi Allah yang mengatur alam semesta Allah,yang menciptakan mereka, yang memberikan rizki dari langit  dan bumi dan yang menghidupkan dan mematikan Allah.   

 Allah swt berfirman dalam kitab-Nya menceritakan keyakinan mereka kaum musyrikin dan kafirin yang ada pada zaman nabi dan seterusnya sampai hari ini dan seterusnya sampai hari kiamat.                                                                  

                                                                                                                                                                                                                   وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ


                                                    وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى  يُؤْفَكُونَ   

     
                                         

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)".(QS. Al-Ankabut, 29: 61). 
                                                                                                                                                                          وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ


                        بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ  اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ         
"Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab:"Allah".Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya)." (QS. Al-Ankabut, 29: 63)

  • Tauhid Uluhiyah

Mengesakan Allah dalam peribadatan hamba kepadaNya. Artinya Allah Maha Esa dalam penyembahan,maka tidak ada dzat lain yang berhak untuk disembah disamping penyembahan terhadap Allah

                                                    وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَافَاعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".(Al-Anbyaa 21:25)


                                             وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ

           
                                                                                                           
                                                             وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(Al-Bayyinah 98:5)    




  • Tauhid al-Asmaa wa as-Sifaat 

Mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifatnya. Artinya tidak ada dzat lain yang menyamai sifat-sifat Allah yang maha sempurna.



Dengan ketigaTauhid ini lah yang akan menyelamatkan seseorang dari kekalan di dalam api neraka jahanam,kalau dia ditakdirkan masuk neraka kalau dia bertauhid maka dia tidak kekal didalam neraka.
Orang-orang yang tidak ber Tauhid yang melakukan kesyrikan,syirik-syirik besar yang mengeluarkan dia dari Islam maka mereka kekal di dalam api neraka jahanam.
Mudah-mudah Tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Sumber : Abdul Hakim bin Amir Abdat