Rabu, 07 Desember 2016

Goblok Tapi Cerdas??

Bantahan

Goblok Tapi Cerdas??

 Kategori: Bantahan  Klik: 37831
Bpk Kiyai berkata : "Menurut saya orang yang berjenggot itu mengurangi kecerdasannya, karena syaraf yang sebenarnya untuk mendukung otak sehingga dia menjadi cerdas tertarik habis oleh jenggot sehingga jenggotnya menjadi panjang.
Nah orang berjenggot panjang walaupun kecerdasannya kurang, dia akan turun ke hati. Artinya orang berjenggot panjang adalah simbol dari orang yang hatinya sudah arif, hatinya sudah bersih, sudah tidak lagi mencintai harta, mencintai dunia, kedudukan, jabatan, orang yang selalu beramal ikhlas lillahi ta'alaa....
karena kecerdasannya telah pindah dari otak ke hati...
Bagi yang belum sampai ke maqom itu, seyogyanya menurut saya tidak usah menghiasi dirinya dengan penampilan jenggot panjang ...."
Demikian sebagian cuplikan dari perkataan kiyai, silahkan lihat lengkapnya di bawah ini



Komentar :
Pertama : Pak kiyai tetap bersikeras bahwa jenggot adalah penyebab kegoblokan. Akan tetapi pak kiyai kali lebih halus dengan menyatakan bahwa jenggot mengurangi kecerdasan. Padahal dalam bahasa indonesia (Kurang cerdas = goblok)

Kedua : Dalil pak kiyai akan pernyataan beliau tdk berubah, yaitu syaraf yg harusnya mendukung kecerdasan otak tertarik habis oleh jenggot sehingga jenggotnya menjadi panjang.
Nah "dalil" ini apakah perkara yg ilmiyah?, artinya pak kiyai sudah mengkonsultasikannya kpd para ahli syaraf? para dokter? Ataukah berdasarkan penilitian pak kiyai sendiri?

Ketiga : Pak kiyai berusaha memplintir pernyataannya, sehingga sekarang dia ingin menyatakan sebaliknya, yaitu "Jenggot panjang pertanda kecerdasan !!"
Yaitu kecerdasan telah pindah ke hati !!!
Pernyataan ini juga tentunya butuh penjelasan dan argumen yang kuat. Apakah kecerdasan tersebut berpindah dari otak langsung ke hati? Ataukah kecerdasan berpindah dari otak ke jenggot lalu dari jenggot panjang pindah ke hati?
Lalu apa dalil dan argumen pernyataan ini semua? Adakah alim ulama yang menyatakan demikian? Adakah cendekiawan dan ilmuan yang menyatakan demikian? Ataukah ini penemuan nusantara oleh pak Kiyai??!!

Keempat : Masih sulit kesimpulan yang bisa diambil dari pernytaan kiyai, apakah orang yang jenggotnya panjang berarti goblok tapi cerdas? Artinya goblok ditinjau dari sisi otak tapi cerdas ditinjau dari sisi hati krn kecerdasan yg berpindah ke hati? Dengan kata lain (goblok otak tapi cerdas hati)
Bukankah ini adalah menggabungkan dua hal yang kontradiktif, sebagaimana menggabungkan antara timur dan barat?, air dan api?

Kelima : Menurut pak kiyai jenggot panjang merupakan simbol kearifan, tdk mencintai dunia, harta dan jabatan.
Maka apakah sebaliknya bahwa jenggot plontos adalah lambang cinta dunia, harta, jabatan, dan ketidak ikhlasan?
Krn orang menggundul habis jenggotnya berarti kecerdasannya hanya diotak dan tdk  berpindah ke hati? Jadilah dia (cerdas otak tapi goblok hati)

Keenam : Menurut pak kiyai orang yang belum sampai pada maqom ikhlas, tdk mencintai dunia harta dan jabatan, maka sebaiknya tdk usah memelihara jenggot panjang.
Ini merupakan pernyataan yang aneh dari pak kiyai. Penjelasan pak kiyai mengisyaratkan bahwa memeihara jenggot menyebabkan berpindahnya kecerdasan dari otak menuju hati, sehingga hati menjadi arif dan tdk mencintai dunia. Maka seharusnya pak kiyai berkata : "Panjangjanlah jenggot kalian agar kecerdasan kalian berpindah dari otak ke hati sehingga kalian mencapai maqom ikhlas dan tdk mengharapkan dunia, harta, dan jabatan !!"
Nah sekarang seakan akan pak kiyau berkata, "Janganlah kalian panjangkan jenggot kalian sampai hati kalian bersih terlebih dahulu, yaitu sampai kecerdasan kalian berpindah dari otak ke hati !!"
Padahal yang menjadi sarana perpindahan kecerdasan dari otak ke hati adalah jenggot yang panjang!!
Maka seakan akan pak Kiyai berkata, "Turunlah dari pohon agar engkau berpindah dari atas pohon ke bawah pohon, tapi janganlah engkau turun dari atas pohon sampai engkau di bawah pohon!!"
Nah bagaimana bisa berpindah dari atas ke bawah jika tanpa "turun"?

Ketujuh: Pernyataan kiyai tentu berbeda dengan penjelasan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang memerintahkan memelihara jenggot adalah untuk menyelishi majusi dan ahlul kitab. Nabi shallalahu 'alaihi wasllam tdk pernah menjelaskan bahwa memlihara jenggot adalah untuk mengikhlaskan hati dan agar tidak mencintai dunia, harta, dan jabatan. Adakah ulama yang menyatakan demikian sebelum pak kiyai?

Kedelapan : Lagi pula Nabi shallallahu 'alaihi wasallm tatkala memerintahkan memanjangkan jenggot tanpa mempersyaratkan apa yg disyaratkan oleh pak kiyai, nah adakah dalil dari pak kiyai atas persyaratan ini?

Kesembilan : Saya rasa jika pak kiyai mengakui kesalahan itu lebih baik dan lebih gentlemen dan menunjukan keikhlasan, kearifan hati, dan bersihnya hati kiyai dari cinta dunia, harta dan jabatan. Karena kalau kita kembali mendengar pernyataan pak kiyai sebelumnya : (semakin panjang jenggot semakin goblok) tentu ini diucapkan dalam kondisi menghina dan bahan tertawaan. Sampai pak kiyai menyebutkan tiga contoh orang cerdas yang tdk berjenggot !!

Kesepuluh : Kita berterima kasih kepada pak kiyai yang telah mengingatkan bahwa jenggot adalah "SUNNAH" dan orang yang berjenggot harus mencerminkan akhlak nabi yang tdk sombong dll.
Ini adalah masukan yg indah dari pak kiyai, bahwa jangan hanya memperhatikan penampilan luar aja, tapi harus memperhatikan penampilan dalam juga.
Kami juga berharap agar pak kiyai sebagaimana memperhatikan penampilan dalam, maka hendaknya juga memperhatikan penampilan luar diantaranya memelihara jenggot. Sehingga pak kiyai indah luar dalam.
Yang paling menyedihkan adalah jika kurang baik penampilan luar dalam, sudah tidak menjalankan sunnah jenggot lantas mudah menghina dan mengejek orang lain ...
Mekkah, 02-12-1436 H / 16-09-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Goblok Karena Berjenggot??

Bantahan

Goblok Karena Berjenggot??

 Kategori: Bantahan  Klik: 45853



















Dunia Islam Indonesia dihebohkan dengan pernyataan Ketua PBNU Bpk Kiyai Sa'id Aqil Sirooj –semoga Allah memberi petunjuk kepadanya- bahwa "Berjenggot itu mengurangi kecerdasan seseorang. Semakin panjang jenggot, semakin goblok…!!", silahkan simak ucapan pak kyai di bawah ini



Renungkan poin-poin berikut :

Pertama : Imam Ghozali berkata :

وقال شريح القاضي : وَدِدْتُ أَنَّ لِي لَحْيَةً وَلَوْ بَعَشْرَةِ آلاَفٍ

"Syuraih Al-Qoodhli berkata : "Aku berharap kalau aku memiliki jenggot, meskipun harus membayar 10 ribu dinar/dirham" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin 2/257)

Al-Gozali juga berkata :
قال أصحاب الأحنف بن قيس وددنا أن نشتري للأحنف لحية ولو بعشرين ألفًا

"Para sahabat Al-Ahnaf bin Qois berkata, "Kami berangan-angan untuk membelikan jenggot buat Al-Ahnaf meskipun harus membayar 20 ribu dinar/dirham" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin 2/257)

Para ulama yang tidak berjenggot dahulu ternyata berangan-angan untuk memiliki jenggot meskipun harus membayar mahal sekali !!!

Apakah mereka begitu bodohnya harus membayar mahal untuk membeli "kegoblokan"??!

Kedua : Sebenarnya kelaziman dari pernyataan pak Kiyai ini sungguh berbahaya karena terlalu banyak orang yang akan dianggap goblok menurut "Kaidah" pak Kiyai tersebut. Dan diantara daftar orang-orang goblok tersebut adalah para Nabi dan para ulama.

Bukankah jenggot Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tebal?

Jabir bin Samuroh berkata :

وَكَانَ كَثِيْرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lebat rambut janggutnya" (HR Muslim no 2344)

Padahal kaidah pak Kiyai semakin berat jenggot semakin menimbulkan kebodohan, karena saraf tertarik ke bawah oleh lebatnya jenggot.

Bahkan para sahabat mengetahui bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam sholat sirriah dengan gerakan-gerakan jenggot beliau.

عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ قَالَ سَأَلْنَا خَبَّابًا أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ قَالَ نَعَمْ قُلْنَا بِأَيِّ شَيْءٍ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ قَالَ بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ

Dari Abu Ma'mar ia berkata : Kami bertanya kepada Khobbab –radhiallahu 'nhu- apakah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca qiroah tatkala sholat dzuhur dan ashar?. Khobbab berkata : "Iya". Kami berkata, "Bagaimana caranya kalian mengetahui bahwa Nabi membaca?", Khobbab berkata, "Dengan gerakan jenggot beliau" (HR Al-Bukhari 760)

Demikian juga Nabi Harun 'alaihis salam, Allah berfirman :

قَالَ يَبۡنَؤُمَّ لَا تَأۡخُذۡ بِلِحۡيَتِي وَلَا بِرَأۡسِيٓۖ إِنِّي خَشِيتُ أَن تَقُولَ فَرَّقۡتَ بَيۡنَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَلَمۡ تَرۡقُبۡ قَوۡلِي

Harun berkata (kepada Nabi Musa) "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku" (QS Toha : 94)

Ini dalil yang tegas bahwa jenggot Nabi Harun 'alaihis salam panjang, sehingga bisa dipegang oleh Nabi Musa 'alaihis salam.

Ayat ini menunjukkan bahwa jenggot bukan ciri khas budaya Arab, bahkan para nabi dari kalangan bani Israil yang sama sekali bukan orang Arab juga berjenggot.

Ketiga : Bahkan kita dapati kaum Nashrani juga tatkala menggambarkan nabi Isa 'alaihis salaam (yang dianggap tuhan oleh mereka) ternyata selalu berjenggot. Apakah ini berarti bahwa kaum Nashrani sepakat bahwa "Tuhan mereka ternyata goblok?", yang hal ini melazimkan bahwa kaum Nashrani pada goblok semua karena telah bersepakat untuk menjadikan orang goblok sebagai Tuhan !!

Keempat : Anehnya ternyata para ulama –terutama Imam Asy-Syafi'i dan para ulama madzhab syafi'i, demikian juga madzhab-madzhab yang lain- telah ijmak (sepakat ) akan larangan mencukur jenggot hingga gundul habis. (silahkan baca http://firanda.com/index.php/artikel/fiqh/437-ajaran-ajaran-madzhab-syafi-i-yang-ditinggalkan-oleh-sebagian-pengikutnya)

Maka berarti para ulama telah bersepakat untuk memelihara kegoblokan dan bersepakat untuk menghalangi kecerdasan. Karena menurut pak Kyai semakin habis jenggot semakin mendukung kecerdasan !!!

Kelima : Tokoh-tokoh Nusantara pun banyak. Ada Muhammad Yasin Al-Fadani, Nawawi Al-Bantani, Agus Salim, Ahmad Dahlan, Buya Hamka, sampai KH. Hasyim Asy’ari – pendiri NU – juga berjenggot. Ya, mereka tetap memelihara jenggot meski jenggot mereka tidak selebat keturunan Arab

Keenam :  Demikian juga banyak tokoh-tokoh non muslim yang berjenggot bahkan yang disembah, contohnya Khong hu cu dan Lao Tse.

Demikian juga tokoh-tokoh ilmuan non muslim seperti James Parkinson (1755 –1824), William Edmond Logan (1798 –1875), Asa Gray (1810 - 1888), John Strong Newberry (1822 – 1892), John Tyndall (1820 – 1893), Alfred Bernhard Nobel (1833 – 1896), John Wesley Powell (1834 – 1902), Ludwig Eduard Boltzmann (1844 – 1906), Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907), Henry Clifton Sorby (1826 - 1908), Grove Karl Gilbert (1843 –1918), Pyotr Alexeyevich Kropotkin (1842 – 1921), Alexander Graham Bell (1847 – 1922), Wilhelm Conrad Röntgen (1845 – 1923), dan masih banyak lagi; ini semua adalah para ilmuwan non-Islam yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan berjenggot (baca http://abul-jauzaa.blogspot.com/2015/09/tragedi-banyolan-pak-kiyai.html)

Ketujuh : Tokoh-tokoh Nusantara yang dianggap sangat cerdas oleh pak kyai karena tidak berjenggot, seperti Fulan, Fulan dan Fulan ternyata diantara mereka saking cerdasnya beraliran Liberal dan Pluralisme. Saking cerdasnya ada yang menyatakan jilbab tidak wajib dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak dijamin masuk surga. Atau ada yang menyatakan bahwa semua agama masuk surga (termasuk Yahudi dan Nashrani, Buda dan Hindu). Demikian juga ada yang menyatakan bahwa al-Qur'an adalah kitab porno dll??

Inikah ukuran kecerdasan menurut pak Kiyai??

Kedelapan : Sebenarnya pernyataan bahwa semakin panjang jenggot semakin goblok itu berdasarkan praduga ataukah berdasarkan disiplin ilmu tertentu, baik di bidang kedokteran, atau ahli saraf, atau ahli agama, atau ahli-ahli yang lainnya disertai penelitian, sensus, dan penjelasan ilmiah?.

Adapun yang diriwayatkan dari sebagian ulama bahwasanya panjangnya jenggot adalah tanda kebodohan (sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya "Akhbaar al-Hamqoo wa al-Mughoffalin)" maka :

(1). Maksudnya yang dicela adalah jenggot yang terlalu panjang yang berlebihan, sehingga melebihi panjang ukuran genggaman tangan.

Ibnu Jauzi rahimahullah berkata :

قال زياد ابن ابيه : مَا زَادَتْ لِحْيَةُ رَجُلٍ عَلَى قَبْضَتِهِ إِلاَّ كَانَ مَا زَادَ فِيْهَا نَقْصًا مِنْ عَقْلِهِ

قال بعض الشعراء :

إِذَا عَرِضَتْ لِلْفَتَى لِحْيَةٌ ... وَطَالَتْ فَصَارَتْ إِلَى سُرَّتِهْ

فَنُقْصَانُ عَقْلِ الْفَتَى عِنْدَنَا ...  بِمِقْدَارِ مَا زَادِ فِى لِحْيَتِهْ

"Berkata Ziyad bin Abihi : "Tidaklah panjang jenggot seseorang melebihi ukuran genggaman tangannya kecuali kelebihan panjang tersebut semakin mengurangi akalnya"

Sebagian penyair berkata :

"Jika melebar jenggot seorang pemuda dan panjang hingga ke pusarnya…

Maka di sisi kami kurangnya akal sang pemuda sesuai kadar apa yang lebih pada jenggotnya" (Akhbaar Al-Hamqoo wa al-Mughoffalin 32-33)

(2) Lalu apakah pantas kita menjadikan perkataan segelintir kecil para ahli adab atau para ulama untuk menghukum hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?. Para ulama sendiri telah berselisih tentang memotong jenggot jika telah lebih panjang dari ukuran genggaman tangan. Dan yang dikuatkan oleh Al-Imam An-Nawawi adalah makruh memotong jenggot sedikitpun meskipun telah panjang melebihi ukuran genggaman tangan.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

والصحيح كراهة الاخذ منها مطلقا بل يتركها على حالها كيف كانت، للحديث الصحيح واعفوا اللحي. وأما الحديث عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده “ان النبي صلي الله عليه وسلم كان يأخذ من لحيته من عرضها وطولها” فرواه الترمذي باسناد ضعيف لا يحتج به

"Yang benar adalah dibencinya perbuatan memangkas jenggot secara mutlak (meskipun jenggot telah panjang dan lebih dari segenggam tangan-pen), tapi harusnya ia membiarkan apa adanya, karena adanya hadits shohih “biarkanlah jenggot panjang“. Adapun haditsnya Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: “bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dahulu mengambil jenggotnya dari sisi samping dan dari sisi panjangnya”, maka hadits ini telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang lemah dan  tidak bisa dijadikan hujjah. (al-Majmu’ 1/343)

Imam An-Nawawi juga berkata :

والمختار ترك اللحية على حالها وألا يتعرض لها بتقصير شيء أصلا

"Pendapat yang terpilih adalah membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak dicukur sama sekali" (Al-Minhaaj Syarah Shohih Muslim, 3/151, hadits no: 260)

(3) Apakah yang disebutkan dalam kitab Akhbaar Al-Hamqoo wal Mugaffaliin lantas dibenarkan dan dijadikan rujukan?

Diantara sifat-sifat orang bodoh yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah : 1. Kecilnya kepala, 2. Pendeknya leher, 3. Kecilnya telinga, 4. Jika bentuk tubuhnya tidak seimbang, 5. Mata yang besar, 6. Adanya rambut di pundak dan di leher, 7. Rambut di dada dan perut, 8. Leher yang panjang dan tipis, 9. Hidung besar, 10. Bibir tebal, 11.Wajah yang sangat bulat, 12. Suara yang indah.

Coba kita pikirkan, seandainya kita membenarkan semua yang disebutkan dalam kitab Akhbaar Al-Hamqoo wal Mugoffaliin tentang sifat-sifat orang bodoh maka sungguh terlalu banyak orang bodoh diantara kita. Apalagi suara yang indah ciri orang bodoh? Sungguh terlalu banyak para imam, para muadzzin, para qori' yang bodoh??!

(4) Justru ternyata banyak ulama –terutama ulama madzhab Syafi'iyah- yang mencela orang yang mencukur habis jenggotnya !!.

Ibnu Rif'ah rahimahullah berkata:

إِنَّ الشَّافِعِي قد نص في الأم على تحريم حلق اللحية

Sungguh Imam Syafi’i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot. (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj 9/376)

Al-Halimi (wafat 403 H), beliau berkata dalam kitab beliau Al-Minhaaj :

لا يحل لأحد أن يحلق لحيته ولا حاجبيه, وإن كان له أن يحلق سباله, لأن لحلقه فائدة, وهي أن لا يعلق به من دسم الطعام ورائحته ما يكره, بخلاف حلق اللحية, فإنه هجنة وشهرة وتشبه بالنساء

"Tidak seorang pun dibolehkan memangkas habis jenggotnya, juga alisnya, meski ia boleh memangkas habis kumisnya. Karena memangkas habis kumis ada faedahnya, yakni agar lemak makanan dan bau tidak enaknya tidak tertinggal padanya. Berbeda dengan memangkas habis jenggot, karena itu termasuk (1) tindakan tercela, (2) syuhroh (tampil beda), dan (3) menyerupai wanita" (Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Mulaqqin As-Syafi'I dalam kitab al-I’lam fi fawaaid Umdatil Ahkaam, terbitan Daarul 'Aaashimah 1/711)

Abul Hasan Al-Maawardi (wafat 450 H), ia berkata :

نَتْفُ اللِّحْيَةِ مِنَ السَّفَهِ الذي تُرَدُّ به الشهادة

Imam al-Mawardi -rohimahulloh- mengatakan: Mencabuti jenggot merupakan perbuatan safah (bodoh) yang menyebabkan persaksian seseorang ditolak. (al-Hawil Kabir 17/151)

Abu Hamid Al-Gozzali rahimahullah (wafat tahun 505 H0, beliau berkata :

وأما نتفها في أول النبات تشبها بالمرد فمن المنكرات الكبار فإن اللحية زينة الرجال

"Adapun mencabuti jenggot di awal munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki" (Ihya’ Ulumiddin 1/280)

Abu Syaamah rahimahullah berkata :

وقد حدث قوم يحلقون لحاهم, وهو أشد مما نقل عن المجوس أنهم كانوا يقصونها

"Telah datang sekelompok kaum yang menggunduli jenggotnya, perbuatan mereka itu lebih parah dari apa yang dinukil dari kaum Majusi, bahwa mereka dulu memendekkannya". (Fathul Bari 10/351)

Kesembilan : Pak Kiyai sendiri disinyalir waktu masa muda pernah gagah berjenggot, apakah waktu itu pak Kiyai sedang "tidak cerdas"?,

Kesepuluh : Jika pak Kiyai lebih memilih tidak berjenggot maka silahkan saja, tapi tentu tidak perlulah mengejek yang berjenggot dengan menyatakan mereka goblok.

Saya tutup renungan ini dengan dua nasehat dari dua firman Allah

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Maidah : 8)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. (QS Al-Hujuraat : 11)

Jangan kita mengejek orang lain dengan "goblok" karena bisa jadi kita lebih "goblok".

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 01-12-1436 H / 15-09-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com